Minggu, 09 Januari 2011

Kupas Tuntas Tentang Inovasi Pembelajaran

Dunia pendidikan sekarang ini menawarkan banyak sekali metode-metode pembelajaran. Bahkan metode yang sebenarnya sudah ada sejak dulu diolah kembali untuk diterapkan pada pembelajaran saat ini. Mungkin tujuannya sama mewujudkan pendidikan yang terbaik. Namun metode-metode tersebut belum tentu mampu melibatkan peserta didik untuk mempergunakan daya pikir otak mereka. Oleh karena itu sudah saatnya para pendidik melakukan inovasi pembelajaran yang menerapkan pembelajaran berbasis kemampuan otak agar peserta didik benar-benar mampu mengoptimalkan kemampuan otak mereka di dalam pembelajaran.

Untuk menciptakan sebuah inovasi pembelajaran diperlukan suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu interaksi yang bersifat kompleks dan timbal-balik antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Sedangkan belajar merupakan suatu kegiatan, tindakan dan perilaku seseorang yang kompleks dengan melakukan interaksi terus menerus agar memperoleh respon lebih baik dari sebelumnya dan memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap serta nilai.

Pembelajaran tidak lepas dari teori-teori pembelajaran. Ada beberapa macam teori pembelajaran yaitu behaviorisme, kognitif, konstruktivisme, dan humanisme. Untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik maka seorang pendidik maupun calon pendidik hendaknya lebih memahami masing-masing teori pembelajaran tersebut dan mampu mencari alternative kebaruannya.

Teori pembelajaran behaviorisme merupakan teori belajar yang menitikberatkan pada proses belajar yang terjadi karena ada stimulus dan respon. Kognitivisme lebih menitikberatkan pada kemampuan berpikir dalam diri siswa, dan dipengaruhi perkembangan usia dan keadaan dilingkungan sekitar. Konstruktivisme sendiri merupakan proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Sedangkan humanisme bertujuan untuk memanusiakan-manusia.

Teori-teori pembelajaran tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan, oleh karena itu teori-teori tersebut mengalami pergeseran. Pembelajaran behaviorisme mempunyai kelemahan, yaitu siswa cenderung berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif serta mengakibatkan ketergantungan siswa terhadap guru. Karena kelemahan tersebut maka bergeserlah ke teori pembelajaran kognitif. Teori kognitivisme ternyata juga memiliki kelemahan, yaitu hanya menekankan pada kemampuan intelektualnya saja, sehingga moral masing-masing individu sangat sedikit disentuh, hal ini mengakibatkan siswa miskin akan nilai moral. Kemudian bergeser kepada teori konstruktivisme yang ternyata juga memili kelemahan, yaitu siswa yang berkemampuan kurang dan tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan tertinggal dari teman-teman yang lainya. Akhirnya bergeser kepada teori humanistik yang mempunyai tujuan memanusiakan manusia dan tentunya juga memiliki kelemahan. Nah tugas menciptakan suatu inovasi teori belajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.

Untuk menciptakan pembelajran yang mampu membangun anak menjadi kritis, kreatif, dan problem solver maka diperlukan suatu pembaharuan strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Stategi merupakan program yang memuat tentang kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinginkan. Sedangkan metode merupakan merupakan cara-cara untuk mewujudkan dan mendukung suatu strategi. Untuk mengimplementasikan metode tersebut diperlukan suatu teknik pembelajaran yang merupakan kiat-kiat dari masing-masing guru.

Untuk menjadikan anak kritis diperlukan strategi pembelajaran yang mampu mengantarkan anak agar mencapai kesadaran kritis, meliputi proses mengetahui, merumuskan masalah, menentukan keputusan, dan menidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Untuk memicu anak menjadi kreatif dapat dilakukan dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk menuangkan imajinasinya, melakukan, memegang, menggambar, membentuk, ataupun membuat dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri berdasarkan stimulus yang diberikan. Sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak.

Untuk menjadikan anak problem solver dapat dilakukan dengan kegiatan memberikan stimulus berupa masalah-masalah yang perlu diselesaikan kemudian memberikan kesempatan kepada anak untuk memecahkan maslah tersebut sesuai dengan kemampuan otak mereka.

Dalam teori hemisphere dijelaskan belahan otak kanan dan belahan kiri. Belahan otak kanan lebih menekankan pada kreativitas seperti proses dan penyimpanan informasi tentang gambar, imajinasi, warna, ritme, dan ruang. Dalam kerjanya otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Sedangkan otak kiri berperan dalam kegiatan kognitif dan bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional yang akan mempengaruhi perkembangan itelektual anak.

Ada tiga tingkatan otak, yaitu otak reptil, limbik, dan neokorteks. Masing-masing bagian otak tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Otak reptil berfungsi sebagai pengontrol pernafasan, denyut jantung, dan reaksi insting saat berada dalam bahaya atau situasi terancam. Otak limbik berfungsi menyeimbangkan hormon, mengendalikan emosi, rasa lapar, haus, dorongan seksual, serta bagian-bagian penting dari ingatan jangka panjang. Sedangkan neokorteks memiliki fungsi untuk mengendalikan semua hal yang berkaitan dengan kemampuan dan kecerdasan manusia. Struktur otak manusia bervariasi sesuai dengan bakat seseorang yang merupakan pembawaan sejak lahir. Tidak semua orang mampu mengembangkan bakat mereka karena otak kurang siap.
Belajar pasti membutuhkan otak untuk berpikir. Otak akan memasukkan semua informasi yang telah kita dapat dan menyimpannya. Kemudian akan mengeluarkan semua informasi saat dibutuhkan. Pembelajaran secara fisik dapat mengubah otak. Pembelajaran tidak harus serius dan menegangkan agar otot-otot syaraf tidak tegang. Untuk itu perlu diciptakan pembelajaran yang aktif. Pembelajaran aktif dapat dilakukan melalui lima tahap, yaitu persiapan, akuisisi, elaborasi, formasi memori, dan integrasi fungsional.

Pembelajar juga memerlukan sebuah persiapan yang matang dengan cara memahami kondisi mereka. Pendidik harus dapat menerapkan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu nutrisi juga penting memudahkan sel-sel otak bekerja dengan baik sehingga siap menerima dan mengolah informasi dalam pembelajaran serta meningkatkan konsentrasi. Persiapan bertujuan untuk pemanasan agar pembelajar tidak kaget sehingga akan lebih mudah memahami pelajaran baru. Pembelajar juga akan lebih terarah kepada sasaran pembelajaran.

Setiap otak manusia itu unik, untuk menghargai keunikan otak yaitu dengan mempertimbangkan gaya pembelajaran. Manusia memiliki gaya belajar masing-masing, dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungannya. Manusia nyaman menggunakan gaya pembelajaran yang berbeda. Namun tetap mempunyai ciri khas gaya pembelajaran yang lebih disukai. Otak juga perlu diperkaya dengan cara memperkaya lingkungan. Ketika orang memvariasi lingkungannya otak pun akan memvariasi pertumbuhannya. Setiap hari manusia kehilangan sel-sel otaknya, namun disisi lain sel-sel baru juga akan tumbuh pada lingkungan yang subur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar