Minggu, 09 Januari 2011

Menerapkan Cerita dalam Skenario Pembelajaran Pkn di Sekolah Dasar

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Tema : Hidup Gotong Royong
Materi Pokok : Hidup Rukun, Saling Berbagi dan Tolong Menolong
Kelas / Semester : II / I (Satu)
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit ( 1 x pertemuan )

A.Kompetensi Dasar

Mengenal pentingnya hidup rukun, saling berbagi, dan tolong menolong.

B. Indikator Hasil Belajar

1. Menjelaskan pentingnya tolong menolong.
2. Menjelaskan manfaat sikap tolong menolong.
3. Mengidentifikasi cara membalas jasa pertolongan orang lain.
4. Menceritakan bagaimana cara menolong sesama.

C. Tujuan Pembelajaran:

1. Siswa dapat menjelaskan pentingnya manusia saling tolong menolong.
2. Siswa dapat menjelaskan manfaat sikap tolong menolong.
3. Siswa dapat Mengidentifikasi cara membalas jasa pertolongan orang lain.
4. Siswa dapat menceritakan bagaimana cara menolong sesama.

D. Skenario Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran PKn di Sekolah dasar, dapat diterapakan pembacaan cerita dalam proses pembelajarannya. Sesuai dengan materi pokok di atas, maka cerita yang dapat di terapkan untuk memberikan contoh bagaimana cara menolong sesama adalah cerita yang berjudul “Membalas Jasa”.

Langkah pembelajaran

1. Kegiatan awal

• Pembelajaran diawali dengan salam pembuka dan doa.
• Absensi kehadiran siswa yang dilakukan oleh guru.
• Guru mengkondisikan siswa supaya kegiatan pembelajaran dapat dimulai dengan baik. Misalnya dengan membentuk posisi duduk siswa menjadi setengah lingakaran.
• Guru menyampaikan materi yang akan dibahas, yaitu tentang Tolong menolong.
• Guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar.
• Guru memberikan apersepsi kepada anak dengan memberikan pertanyaan “Siapa yang sudah tahu bagaimana cara menolong orang lain?”.

2. Kegiatan Inti

• Guru memulai dengan membacakan cerita yang berjudul Malin Kundang sedangkan siswa mendengarkan pemaparan dari guru sambil menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tersebut.

“Anak-anak, ibu mempunyai cerita yang mencerminkan sikap bagaimana cara menolong orang lain. Ceritanya begini, mohon disimak baik-baik ya.”

Membalas Jasa

Ada seekor ketam (kepiting) yang tersesat. Dia dalam kondisi yang lelah dan haus sangat kesulitan untuk menemukan sebuah sungai. Kemudian datang seekor kancil yang mau menolong kepiting. Dia menggendong kepiting dengan susah payah untuk membawanya kesungai. Kepiting merasa senang, dan kelinci beristirahat di bawah pohon di dekat sungai karena kelelahan. Ketika kelinci tertidur ada ular dan elang yang mengincar nyawanya, tetapi hal itu diketahui kepiting. Kepiting berusaha mencegahnya, dengan menggunakan akal bulus untuk dapat menyingkirkan ular dan elang. Dengan tekad dan keberanian, kepiting mampu mencekik leher ular dan elang. Kepiting senang karena berhasil menolong kelinci untuk membalas jasa dari kelinci. Akhirnya kelinci dan kepiting hidup rukun karena sikap saling tolong-menolong.
• Guru bersama siswa mencari nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tersebut.

Dari cerita tersebut terkandung sebuah nilai bahwa tolong menolong merupakan perilaku yang sangat terpuji. Jika kita mengetahui ada seseorang yang sedang mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan hendaknya kita menolong semampu kita. Karena sebagai manusia kita juga membutuhkan pertolongan dari orang lain. Dan kita juga tidak boleh melupakan jasa pertolongan orang lain, jika mampu kita harus membalas kebaikan usaha orang tersebut.
• Guru meminta siswa untuk memberikan contoh lain yang mencerminkan sikap menolong orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
• Siswa membentuk kelompok untuk membahas manfaat menolong orang lain.
• Guru menjelaskan tentang manfaat menolong orang lain.

3. Kegiatan Akhir

• Siswa dan guru bersama-sama menarik kesimpulan materi.
• Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
• Guru memberikan tugas sebagai kegiatan evaluasi.
• Penutupan kegiatan belajar dengan bernyanyi bersama-sama, kemudian dilanjutkan dengan berdoa bersama.

E. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran adalah: ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya, buku materi PKn, dan teks cerita “Membalas jasa”.

F. Penilaian

• Penilaian performa, pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan.
• Tes lisan, tanya jawab tentang kegiatan yang baru dilakukan siswa sesuai dengan indikator kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran.
• Tes tulis.

DAFTAR PUSTAKA

M. Noeh Al Hudawy. 2007. Diselamatkan Misai Landak. Jakarta: Balai Pustaka.
http://bse.invir.com/sd/sd2pkn%20PKn%20Slamet.zip
http://www.ceritaanak.org/index.php?option=com_content&view=article&id=58:cerita-rakyat-malin-kundang&catid=36:cerita-rakyat&Itemid=56

Dampak HP Bagi Remaja

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teknologi komunikasi seluler (Hand Phone), saat ini memegang peranan penting sebagai alat bantu komunikasi dan sarana memperlancar proses komunikasi dua arah (interpersonal communicaton). Dengan adanya hal tersebut, masyarakat cenderung berlomba-lomba memiliki Hand Phone. Hand Phone juga sudah menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari yang digunakan secara umum oleh masyarakat. Kini ada kecenderungan Hand Phone sudah mulai marak diperkenalkan dan digunakan kepada anak-anak sekolah yang dari segi umur masih belum masuk kategori dewasa. Kejadian menjadi PR besar bagi masyarakat terutama bagi orangtua untuk mengawasi pergaulan anak mereka. Karena anak merupakan generasi penerus bangsa yang yang akan berjuang untuk mewujudkan cita-cita bangsa untuk mencetak anak bangsa yang berilmu berpengetahuan dan berakhlak.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka maslah yang akan dibahas dalam laporan ini adalah:
1. Apa dampak positif HP?
2. Apa dampak negatif HP di kalangan masyarakat khususnya kalangan remaja?
3. Bagaimana cara mengurangi dampak negatif HP?

C. Metode Penelitian

Metode pengumpulan data yang saya lakukan adalah melalui wawancara dan penelitian.

D. Tujuan

Adapun tujuan dari kegiatan eksplorasi ini antara lain:
1. Untuk mengetahui apa saja dampak positif HP?
2. Untuk mengetahui apa saja negatif positif HP di kalangan remaja?

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan eksplorasi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pertama, pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, metode penelitian, tujuan dan sistematika penulisan. Kedua, isi atau kajian teori dan pembahasan. Ketiga, penutup yang berisi kesimpulan dan saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Dampak Positif HP

1.Mempermudah komunikasi
Kemajuan teknologi seperti telepon genggam (HP) bukan hanya melanda masyarakat kota, namun juga telah dapat dinikmati oleh masyarakat di pelosok-pelosok desa. Dengan adanya HP masyarakat jadi lebih mudah menajalin komunikasi. Orang tua menjadi lebih mudah untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya. Seorang guru lebih mudah berkomunikasi dengan siswanya.

2. Menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi

Dengan adanya HP masyarakat menjadi lebih mengetahui perkembangan teknologi saat ini. Pelajar juga bisa dengan mudah mencari informasi pengetahuan lewat HP untuk menunjang prestasi belajar mereka.

3. Memperluas persahabatan

Melalui HP dapat memperluas persahabatan, baik yang di sengaja maupun tidak. Misalanya, salah nomer tujuan dapat memberi manfaat menambah teman baru.

B. Dampak Negatif HP

1. Mengganggu Perkembangan Anak : Kemajuan

Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di hand phone (HP) seperti : kamera, permainan (games) akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah? Tidak jarang mereka disibukkan dengan menerima panggilan, sms, miscall dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri. Lebih parah lagi ada yang menggunakan HP untuk mencontek (curang) dalam ulangan. Bermain game saat guru menjelaskan pelajaran dan sebagainya. Kalau hal tersebut dibiarkan, maka generasi yang kita harapkan akan menjadi budak teknologi.

2. Efek radiasi

Selain berbagai kontroversi di seputar dampak negatif penggunaannya,. penggunaan HP juga berakibat buruk terhadap kesehatan, ada baiknya siswa lebih hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan atau memilih HP, khususnya bagi pelajar anak-anak. Jika memang tidak terlalu diperlukan, sebaiknya anak-anak jangan dulu diberi kesempatan menggunakan HP secara permanen.

3. Rawan terhadap tindak kejahatan.

Ingat, pelajar merupakan salah satu target utama dari pada penjahat.

4. Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku siswa.

Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua. HP bisa digunakan untuk menyebarkan gambar-gambar yang mengandung unsur porno dan sebagainya yang sama sekali tidak layak dilihat seorang pelajar.

5. Pemborosan

Dengan mempunyai HP, maka pengeluaran kita akan bertambah, apalagi kalau HP hanya digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat maka hanya akan menjadi pemborosan yang saja.

C. Cara Mengatasi Masalah

Ketika memutuskan untuk memberikan HP kepada anak, alangkah baiknya orang tua juga mengawasi dan mengarahkan anak agar anak tidak lepas dalam menggunakan HP. Tidak ada salahnya sewaktu-waktu memeriksa HP anak untuk mengetahui isi yang ada di dalamnya dengan meminta ijin anak terlebih dahulu. Karena dengan meminta ijin, anak akan merasa dihargai dan itu memberikan pengaruh yang besar terhadap pribadinya dan juga membentuk kesan positif dalam diri mereka tentang pribadi kita sebagai orang tua. Ketika kita dapati mungkin ada video porno di HP anak, jangan langsung bersikap menghakimi dan menghukum layaknya seorang polisi, akan tetapi alangkah baiknya kita tanyakan kepada anak darimana dia mendapat video itu dan untuk apa dia menyimpannya. Apapun jawaban anak, orang tua tidak boleh bersikap menghakimi dan menyalahkan anak, apalagi memarahi anak dan berlaku ringan tangan. Akan tetapi kita ajak anak berdiskusi/sharing mengenai hal tersebut, apa hal itu bermanfaat dan apa dampaknya bagi anak, dan jangan lupa, ketika berdiskusi, kita juga harus mendengarkan pendapat anak dan memberikan pengarahan yang tepat. Karena apapun alasannya, kekerasan tidak menyelesaikan masalah, sekali kita berlaku kasar apalagi main tangan terhadap anak kita, sesungguhnya kita telah menorehkan luka dihatinya, yang sampai kapanpun luka itu tidak akan pernah sembuh dan akan terus membekas di sanubarinya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ”Perkembagan teknologi sekarang yang cukup mdern dapat mempengaruhi dunia pendidikan di Indonesia. Maraknya HP sekarang juga sudah merusak akhlak pelajar di negeri kita rusak” .

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas disarankan bahwa, Menggunakan HP lebih baik tidak pada waktu belajar dan jauhilah anak yang suka melihat dan menggunakan HP dengan tidak seharusnya/semestinya.

DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedia Populer Anak. 1999. Buku.Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
http://61-pengaruh-negatif-kegunaan-hand-phone-pada-anak-anak-studi-di-sd-negeri-2-rawa-laut-bandar-lampung.html.
http://www.bawean.net/2008/09/kemajuan-teknologi-dan-pengaruhnya.html
Http://www.dampakHPbagipelajar.mht.

Langkah-langkah Penyelesaian Masalah

Dalam proses Bimbingn dan Konseling terdapat beberapa langkah-langkah penyelesaian masalah. Misalnya seorang siswa kelas enam SD N 1 Poncowarno yang bernama Rafa memiliki banyak masalah dalam belajar maupun masalah sosial. Maka perlu dilakukan langkah-langkah penyelesaian masalah sebagai berikut:

1. Menentukan Masalah

Menentuakn masalah dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi masalah yang dialami klien terlebih dahulu. Misal, berdasarkan fenomena dan perilaku sehari-hari yang ditunjukkan di lingkungan sekolah dapat diidentifikasi bahwa masalah yang sedang dialami Rafa adalah:

a. Sering terlambat datang ke sekolah
b. Sering tidak mengerjakan PR
c. Sering mengantuk saat jam pelajaran berlangsung
d. Sering menyendiri dan dijauhi teman-teman
e. Sulit konsentrasi saat menerima pelajaran
f. Prestasi belajar menurun

Berdasarkan identifikasi di atas dapat diketahui bahwa Rafa memiliki 6 jenis masalah. Untuk menentukan masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu harus menggunakan skala prioritas. Penetapan skala prioritas berdasarkan akibat atau efek yang lebih besar apabila masalah itu tidak diselesaikan. Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu adalah “prestasi belajar menurun” sehubungan Rafa sudah kelas V1, jadi dikhawatirkan apabila tidak segera diatasi maka tidak dapat mengakibatkan ketidaklulusan. Dengan siselesaikannya tersebut diharapkan dapat membantu berkurangya masalah-masalah yang lainnya.

2. Pengumpulan Data

Setelah menetapkan masalah kemudian pembimbing / konselor harus mengumpulkan data klien yang bersangkutan. Data yang harus dikumpulkan harus secara komprehensif (menyeluruh) yang meliputi data diri, data orang tua, data pendidikan, data kesehatan, dan data lingkungan.

a. Data diri siswa

Nama : Rafa Putra Kelana
Nama panggilan : Rafa
Jenis kelamin : Laki-laki
TTL : Kebumen, 02 Februari 1999
Agama : Islam
Hobi : Bermain sepak bola
Alamat : Ds. Poncowarno Rt. 02 Rw. 01, Kec. Poncowarno, Kab. Kebumen

b. Data orang tua

Nama ayah : Arif Rohman
TTL : Purworejo, 25 Agustus 1981
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Penghasilan tiap bulan : Rp. 800.000,00/ bulani
Alamat : Ds. Poncowarno Rt. 02 Rw. 01, Kec. Poncowarno,
Kab. Kebumen
Nama ibu : Rachma Sartika
TTL : Kebumen, 5 Maret 1983
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Penghasilan : Rp. 500.000,00/ bulan
Alamat : Ds. Poncowarno Rt. 02 Rw. 01, Kec. Poncowarno,
Kab. Kebumen


c. Data pendidikan

Tingkat pendidikan : SD
Status sekolah : Negeri
Lokasi sekolah : Desa Poncowarno, Kec. Poncowarno,
Kab. Kebumen
Kelas : VI (Enam)

d. Data kesehatan

Riwayat penyakit : -

e. Data lingkungan

Bagai mana pola asuh dalam keluarga : Baik
Keadan lingkungan sekitar : Baik

Data-data tersebut dapat diperoleh melalui cara tes maupun nontes. Pengumpulan data melalui tes dapat dilakukan dengan tes IQ, tes hasil belajar, tes bakat, minat, dan lain sebagainya. Sedangkan melalui nontes dilakukan dengan observasi, angket, wawancara, studi kasus, kunjungan rumah, dan lain sebagainya.

3. Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara kuantitatif untuk data hasil tes maupun secara kualitatif untuk data nontes.

a. Melalui tes, dari data hasil tes belajar Rafa pada kebanyakan mata

pelajaran mendapat nilai 5, dan nilai rata-ratanya di bawah 5. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar anak tersebut rendah.

b. Melalui nontes, dilakukan dengan cara sosiometris yaitu dari 30 siswa di kelas VI

hanya 3 siswa yang mau bermain dengan Rafa. Jadi dapat dianalis bahwa Rafa cenderung tidak disukai oleh teman-temanya. Dari hasil analis tersebut dapat juga diketahu bahwa Rafa kurang mendapat perhatian orang tua terhadap sehingga dia memperoleh banyak permasalahan dalam belajar, dan dalam bersosialisasi terhadap teman-temannya.

4. Diagnosis

Diagnosis merupakan usaha konselor menetapkan latar belakang masalah atau faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada klien. Konselor bisa memanggil kilen yang bersangkutan lalu mengadakan wawancara face to face untuk mengetahui penyebab dari masalah tersebut. Pada masalah yang dialami Rafa pembimbing menetapkan penyebab dan latar belakang timbulnya masalah pada Rafa yaitu kurangnya perhatian dari kedua orang tuanya. Sedangkan faktor-faktor penyebab prestasi belajar Rafa yang rendah yaitu Sering terlambat datang ke sekolah sering tidak mengerjakan PR, sering mengantuk saat jam pelajaran berlangsung, sulit konsentrasi saat menerima pelajaran.

5. Prognosis

Setelah pembimbing mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada klien kemudian konselor menentukan langkah-langkah bantuan yang akandilaksanakan dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh Rafa, pembimbing dapat memberikan bantuan misalnya, pengajaran remidial, les tambahan, dan memberikan bimbingan khusus seperti pengertian-pengertian, nasehat, motivasi, penguatan dan lain sebaginya.

6. Treatment (Terapi)

Setelah ditetapkan jenis dan langkah-langkah pemberian bantuan kemudian pembimbing melaksanakan jenis bantuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini konselor membantu klien memberikan solusi penyelesaian masalahnya secara riil dalam kehidupan sehari-hari baik dari segi bimbingan belajar maupun bimbingan sosialnya.

7. Follow Up (Evaluasi)

Evaluasi ini dilakukan untuk melihat berhasil tidaknya upaya bantuan yang telah dilakukan. Dalam masalah ini apakah prestasi belajar Rafa sudah meningkat atau belum. Jika sudah meningkat, hal ini mengindikasikan bahwa bimbingan belajar yang dilakukan telah berhasil. Apakah Rafa sudah memiliki banyak teman atau belum. Jika sudah memiliki banyak teman, hal ini berarti bahwa bimbingan sosialnya sudah baik dan berhasil. Langkah- langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh pembimbing yaitu tidak berhenti untuk memberilan bimbingan dan konseling terhadap Rafa, agar Rafa dapat memperoleh perhatian tidak hanya dari orang tua saja melaikan dari guru dan juga dari teman-temanya. Jadi Rafa akan merasa bahwa dirinya tidak sendiri lagi dan dapat mendapat motivasi dalam belajar.

Kupas Tuntas Tentang Inovasi Pembelajaran

Dunia pendidikan sekarang ini menawarkan banyak sekali metode-metode pembelajaran. Bahkan metode yang sebenarnya sudah ada sejak dulu diolah kembali untuk diterapkan pada pembelajaran saat ini. Mungkin tujuannya sama mewujudkan pendidikan yang terbaik. Namun metode-metode tersebut belum tentu mampu melibatkan peserta didik untuk mempergunakan daya pikir otak mereka. Oleh karena itu sudah saatnya para pendidik melakukan inovasi pembelajaran yang menerapkan pembelajaran berbasis kemampuan otak agar peserta didik benar-benar mampu mengoptimalkan kemampuan otak mereka di dalam pembelajaran.

Untuk menciptakan sebuah inovasi pembelajaran diperlukan suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu interaksi yang bersifat kompleks dan timbal-balik antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa. Sedangkan belajar merupakan suatu kegiatan, tindakan dan perilaku seseorang yang kompleks dengan melakukan interaksi terus menerus agar memperoleh respon lebih baik dari sebelumnya dan memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap serta nilai.

Pembelajaran tidak lepas dari teori-teori pembelajaran. Ada beberapa macam teori pembelajaran yaitu behaviorisme, kognitif, konstruktivisme, dan humanisme. Untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik maka seorang pendidik maupun calon pendidik hendaknya lebih memahami masing-masing teori pembelajaran tersebut dan mampu mencari alternative kebaruannya.

Teori pembelajaran behaviorisme merupakan teori belajar yang menitikberatkan pada proses belajar yang terjadi karena ada stimulus dan respon. Kognitivisme lebih menitikberatkan pada kemampuan berpikir dalam diri siswa, dan dipengaruhi perkembangan usia dan keadaan dilingkungan sekitar. Konstruktivisme sendiri merupakan proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Sedangkan humanisme bertujuan untuk memanusiakan-manusia.

Teori-teori pembelajaran tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan, oleh karena itu teori-teori tersebut mengalami pergeseran. Pembelajaran behaviorisme mempunyai kelemahan, yaitu siswa cenderung berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif serta mengakibatkan ketergantungan siswa terhadap guru. Karena kelemahan tersebut maka bergeserlah ke teori pembelajaran kognitif. Teori kognitivisme ternyata juga memiliki kelemahan, yaitu hanya menekankan pada kemampuan intelektualnya saja, sehingga moral masing-masing individu sangat sedikit disentuh, hal ini mengakibatkan siswa miskin akan nilai moral. Kemudian bergeser kepada teori konstruktivisme yang ternyata juga memili kelemahan, yaitu siswa yang berkemampuan kurang dan tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan tertinggal dari teman-teman yang lainya. Akhirnya bergeser kepada teori humanistik yang mempunyai tujuan memanusiakan manusia dan tentunya juga memiliki kelemahan. Nah tugas menciptakan suatu inovasi teori belajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.

Untuk menciptakan pembelajran yang mampu membangun anak menjadi kritis, kreatif, dan problem solver maka diperlukan suatu pembaharuan strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Stategi merupakan program yang memuat tentang kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinginkan. Sedangkan metode merupakan merupakan cara-cara untuk mewujudkan dan mendukung suatu strategi. Untuk mengimplementasikan metode tersebut diperlukan suatu teknik pembelajaran yang merupakan kiat-kiat dari masing-masing guru.

Untuk menjadikan anak kritis diperlukan strategi pembelajaran yang mampu mengantarkan anak agar mencapai kesadaran kritis, meliputi proses mengetahui, merumuskan masalah, menentukan keputusan, dan menidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Untuk memicu anak menjadi kreatif dapat dilakukan dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk menuangkan imajinasinya, melakukan, memegang, menggambar, membentuk, ataupun membuat dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri berdasarkan stimulus yang diberikan. Sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak.

Untuk menjadikan anak problem solver dapat dilakukan dengan kegiatan memberikan stimulus berupa masalah-masalah yang perlu diselesaikan kemudian memberikan kesempatan kepada anak untuk memecahkan maslah tersebut sesuai dengan kemampuan otak mereka.

Dalam teori hemisphere dijelaskan belahan otak kanan dan belahan kiri. Belahan otak kanan lebih menekankan pada kreativitas seperti proses dan penyimpanan informasi tentang gambar, imajinasi, warna, ritme, dan ruang. Dalam kerjanya otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Sedangkan otak kiri berperan dalam kegiatan kognitif dan bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional yang akan mempengaruhi perkembangan itelektual anak.

Ada tiga tingkatan otak, yaitu otak reptil, limbik, dan neokorteks. Masing-masing bagian otak tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Otak reptil berfungsi sebagai pengontrol pernafasan, denyut jantung, dan reaksi insting saat berada dalam bahaya atau situasi terancam. Otak limbik berfungsi menyeimbangkan hormon, mengendalikan emosi, rasa lapar, haus, dorongan seksual, serta bagian-bagian penting dari ingatan jangka panjang. Sedangkan neokorteks memiliki fungsi untuk mengendalikan semua hal yang berkaitan dengan kemampuan dan kecerdasan manusia. Struktur otak manusia bervariasi sesuai dengan bakat seseorang yang merupakan pembawaan sejak lahir. Tidak semua orang mampu mengembangkan bakat mereka karena otak kurang siap.
Belajar pasti membutuhkan otak untuk berpikir. Otak akan memasukkan semua informasi yang telah kita dapat dan menyimpannya. Kemudian akan mengeluarkan semua informasi saat dibutuhkan. Pembelajaran secara fisik dapat mengubah otak. Pembelajaran tidak harus serius dan menegangkan agar otot-otot syaraf tidak tegang. Untuk itu perlu diciptakan pembelajaran yang aktif. Pembelajaran aktif dapat dilakukan melalui lima tahap, yaitu persiapan, akuisisi, elaborasi, formasi memori, dan integrasi fungsional.

Pembelajar juga memerlukan sebuah persiapan yang matang dengan cara memahami kondisi mereka. Pendidik harus dapat menerapkan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu nutrisi juga penting memudahkan sel-sel otak bekerja dengan baik sehingga siap menerima dan mengolah informasi dalam pembelajaran serta meningkatkan konsentrasi. Persiapan bertujuan untuk pemanasan agar pembelajar tidak kaget sehingga akan lebih mudah memahami pelajaran baru. Pembelajar juga akan lebih terarah kepada sasaran pembelajaran.

Setiap otak manusia itu unik, untuk menghargai keunikan otak yaitu dengan mempertimbangkan gaya pembelajaran. Manusia memiliki gaya belajar masing-masing, dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungannya. Manusia nyaman menggunakan gaya pembelajaran yang berbeda. Namun tetap mempunyai ciri khas gaya pembelajaran yang lebih disukai. Otak juga perlu diperkaya dengan cara memperkaya lingkungan. Ketika orang memvariasi lingkungannya otak pun akan memvariasi pertumbuhannya. Setiap hari manusia kehilangan sel-sel otaknya, namun disisi lain sel-sel baru juga akan tumbuh pada lingkungan yang subur.

Menciptakan Lingkungan Yang Multisensori Untuk Pembelajaran

Pembelajaran akan lebih kondusif jika melibatkan beberapa alat indera peserta didik. Indera yang dimiliki seseorang dapat disamakan sebagai jendela terhadap dunia luar. Indera yang menangkap informasi melalui proses yang disebut dengan penginderaan (sensasi). Informasi atau stimulus yang mengenai alat indera akan diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Data-data hasil penginderaan dari melihat, mendengar, atau meraba akan dikembangkan sedemikian rupa sehingga orang tersebut dapat menyadari dan mengerti dirinya sendiri serta lingkungan yang ada di sekelilingnya. Setelah orang tersebut mengerti dan paham, kemudian akan memberikan sebuah respon. Respon tersebut muncul karena adanya perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman individu yang berbeda-beda. Dalam proses pembelajaran terdapat perbedaan pada tipe belajar pada anak. Perbedaan tersebut menuntut penyesuaian dalam hal materi dan cara penyajian proses belajar, karena anak yang berbeda tipe belajarnya tidak akan menunjukkan hasil yang optimal jika dalam belajar diberi penyajian yang hanya menggunakan satu modalitas alat indera. Kesiapan anak dalam belajar dapat dimaksimalkan oleh perangsangan berbagai alat indera supaya didapat hasil yang optimal. Dalam hal ini, penciptaan lingkungan yang lebih multisensori akan berperan untuk mengatasi hal tersebut.

Multisensori terdiri dari dua kata yaitu multi dan sensori. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999, h. 671), kata “multi” artinya banyak atau lebih dari satu atau dua, sedangkan “sensori” artinya panca indera. Maka gabungan kedua kata ini berarti lebih dari satu panca indera.

Lingkungan yang multi sensori maksunya adalah menciptakan lingkungan yang dengan menggunakan alat bantu, yang mewakili fungsi dari masing-masing alat indera yang ada. Penggunaan berbagai alat bantu sebagai media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses belajar. Lingkungan yang multisensori dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis pada siswa yang akhirnya meningkatkan konsentrasi peserta didik untuk belajar dan memahami pelajaran. Karena setiap peserta didik itu unik, maka otak mereka juga unik. untuk memperkaya keunikan otak tersebut dapat dilakukan dengan selalu memberikan stimulus yang bersifat baru. Dengan lingkungan yang multisensori tersebut akan memberikan sesuatu yang baru, sehingga anak akan selalu mevariasi pertumbuhan otak mereka.

Lingkungan yang multisensori dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan baik TK, SD, SLTP, SMA, maupun perguruan tinggi. Menciptakan lingkungan multisensori baik untuk dilaksanakan kapan saja dan dimana saja, di dalam kelas, diluar kelas, dirumah, tempat bermain, dan tempat-tempat yang digunakan untuk belajar. Bahkan lingkungan tersebut sebaiknya terus divariasi agar peserta didik terus mendapatkan stimulus-stimulus baru yang mampu memperkaya pertumbuhan otak mereka. Menciptakan lingkungan yang lebih multisensori ini merupakan tugas seorang pendidik untuk lebih banyak memberikan kesempatan bagi peserta didik agar mampu menggali kemampuan dan potensin yang dimilikinya.

Menciptakan lingkungan yang lebih multi sensori dapat dilakukan dengan kegiatan seperti menambahkan poster di dalam kelas, memberikan aroma yang segar agar menimbulkan semangat dalam belajar, dan melakukan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan dan relevan. Guru juga dapat meningkatkan interkasi sosial dan kerja kelompok peserta didiknya agar mereka mampu meningkatkan kerja sama dan mampu meningkatkan kinerja beberapa alat indera, karena dengan kerja kelompok maka mereka akan melibatkan beberapa alat indera di dalamnya seoerti, berbicara menggunakan mulut, mendengarkan menggunakan indera pendengaran, melihat menguunakan indera penglihatan, dan mungkin juga melibatkan indera perabaan. Berpindah ke lokasi yang baru sesering mungkin (melakukan kunjungan lapangan, Selain belajar di dalam kelas, guru juga bisa mengajak peserta didiknya unutuk belajar di luar kelas, jika perlu suatu saat dlakukan pergantian guru yang mengajar agar tidak timbul kebosanan). Dalam kegiatan pembelajaran kesehariannya perlu diadakan modivikasi lingkungan belajar, seperti mengganti posisi tempat duduk, mengganti pajangan, dan memberikan papan pengumuman yang up to date. Doronglah para siswa untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan mengekspresikan diri mereka secara kreatif. Ajarilah ketrampilan-ketrampilan penting seoerti logika, pengategorisasian, berhitung, mewarnai, belajar banyak bahasa, berdebat, dan berpikir kritis. Sediakan umpan balik yang positif dan berikan penguatan pada setiap keberhasilan siswa. Kurangilah bentuk hukuman dan ancaman. Yang paling penting adalah berikanlah pilihan kepada peserta didik agar memilih gaya pembelajaran yang yang mereka sukai agar pembelajaran dapat bermakna.

Sumber:
Eric Jensen. 2008. Brain-based Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia – Edisi Kedua, Cetakan Kesepuluh. Jakarta: Balai Pustaka.
http://pengaruhmetodemultisensoridalammeningkatkankePDFchaserbestfilesearch!.mht.

Memperkaya Otak

Otak manusia sebenarnya bisa diperkaya dengan menumbuhkan koneksi-koneksi neural baru dengan cara memberikan stimulasi. Pembelajaran juga dapat meningkatkan intelegensi tanpa batas menggunakan pengayaan yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Lingkungan yang meningkat akan meningkatkan percabangan dendrit, memperbanyak sel pendukung, percabangan antarsel, yang artinya sel-sel saraf tersebut dapat berkomunikasi dengan baik.

Pada saat seseorang memvariasi lingkungannya, otak akan memvariasi cara pertumbuhannya. Pengalaman-pengalaman baru dapat tersambung ke otak yang bentuknya mudah berubah. Perubahan itu bisa dari dalam (genetic), disini adalah penciptaan bagan yang akan diproses, kemudian proses yaitu menciptakan produksi sinapsis yang berlebihan sebelum dibutuhkan, dan merespon pada proses yang dipicu oleh stimuli lingkungan.

Ada beberapa veriabel independen yang menghubungkan kompleksitas otak, kemampuan menyelesaikan masalah, dan intelegensi yaitu gender, belahan otak, dan pendidikan. Perempuan mempunyai nilai dan variabilitas dendritik yang lebih besar daripada laki-laki. Belahan otak kiri memiliki ukuran keseluruhan dendritik yang lebih besar daripada belahan otak kanan, tetapi hasilnya tidak konsisten antara masing-masing individu. Semakin tinggi pendidikan, semakin besar ukuran percabangan dendritik. Willian Calvin (Calvin dan Ojeman, 1994) mengatakan bahwa pertumbuhan area kortikal memang punya kaitan dengan “menjadi pintar” meskipun efisiensi internal “persambungan” dan koneksi kita jauh lebih penting.

Seorang anak mampu meningkatkan intelegensinya mengunakan stimulasi mental. Anak yang berada di lingkungan pembelajaran yang menantang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi. Dan tetap akan bertahan sepuluh tahun kemudian.

Berbagai penemuan mengenai pengayaan adalah sebagai berikut. Efek pengayaan tetap kuat pada semua usia. Otak manusia dapat dan terus menumbuhkan sel-sel baru atau neurogenesis, neurogenesis yang jelas terlihat pada hipokampus, bagian yang peka bagi pembelajaran dan memori. Perubahan spesifik pada neuron ditemukan paling cepat 48 jam setelah pemaparan. Tugas-tugas pembelajaran yang kompleks dan menantanglebih baik daripada yang sederhana dan mudah. Lebih banyak interaksi dan gerak tubuh lebih baik daripada isolasi dan kurang aktif. Lingkungan yang membosankan akan menipiskan korteksdaripada lingkungan yang diperkaya.

Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa otak manusia dapat diperkaya dengan cara memperkaya lingkungan.

a. Neurogenesis Manusia Itu Memungkinkan

Otak manusia dapat menumbuhkan sel-sel baru (neurogenesis). Pengayaan otak itulah yang dapat menumbuhkan punggung dendrit menjadi lebih besar, badan sel-sel yang lebih berat, dendrit-dendrit yang lebih panjang, dan pertumbuhan sel pendukung yang lebih banyak. Setiap hari manusia akan kehilangan sebagian sel-sel otaknya, namun di sisi lain sel-sel otak baru juga akan tumbuh di lingkungan yang subur. Neurogenesis sangat jelas terlihat pada hipokampus, area yang esensial bagi pembelajaran dan memori.

b. Kunci Pengayaan

Kandungan-kandungan penting untuk memperkaya otak adalah kebaruan, tantangan, koheren, waktu, dan umpan balik. Untuk mendapatakan efek pengayaan, stimulus haruslah baru, karena stimulus yang sudah lama tidak akan dapat melakukannya. Kemudian stimulus tersebut juga harus menantang agar membantu pertumbuhan otak secara optimal. Stimulus juga harus koheren dan bermakna agar mampu memperkaya otak. Pembelajaran harus terjadi sepanjang waktu sesuai dengan luasnya perubahan neural. Perubahan yang segera terjadi adalah stimulus dan respon pembelajaran. Dan harus ada cara otak untuk belajar dari stimuli yang baru dan menantang. Semakin konsisten, spesifik, tepat waktu, dan terkontrol oleh pembelajar, maka umpan baliknya akan semakin baik.

Menurut J.E. Black (1989) menegaskan bahwa untuk mendapatkan efek pengayaan, tantangan yang diberikan harus memacu pembelajaran, yang sama sekali berbeda dari aktivitas atau gerak badan sekadarnya. Faktor-faktor lain, seperti usia dan tekanan, dari lingkungan yang kompleks adalah pembelajaran bukan sekedar aktivitas motorik, dan hal itu menyebabkan pertumbuhan otak semakin optimal.

Untuk memperkaya lingkungan dapat dilakukan dengan kegiatan seperti menciptakan lingkungan yang multisensori. Tambahkan poster, aroma, musik, dan aktivitas-aktivitas yang relevan. Tingkatkan iteraksi sosial dan kerja kelompok. Berpindahlah ke lokasi yang baru sesering mungkin. Doronglah untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan mengekspresikan diri mereka secara kreatif. Berikanlah waktu yang berkualitas, tidak hanya kuantitas. Latihlah dengan berbagai ketrampilan. Sediakan umpan balik yang positif seperti merayakan keberhasilan dan kurangi res[pon negatif seperti hukuman. Gunakan beberapa bahasa dalam berkomunikasi. Dan yang paling penting adalah berikanlah kebebasan kepada mereka untuk memilih gaya belajar mereka sendiri.
Selain itu ada tujuh tips untuk mereka yang sudah dewasa untuk memperkaya otak mereka. Pertama, ambilah kursus yang tidak pernah Anda pikirkan; kedua, pergilah ke tempat-tempat yang belum pernah Anda kunjungi; ketiga, lakukanlah sesuatu yang menantang Anda secara fisik dan emosional; keempat, teladanilah seseorang yang ahli dalam melakukan sesuatu yang menarik minat Anda; kelima, berlanggananlah koran atau majalah yang berbeda sama sekali dengan yang pernah Anda lnggan; keenam, ikut dan bergabunglah dengan kegiatan sosial-budaya yang baru; dan ketujuh, kembangkanlah hobi yang baru.