Rabu, 29 Desember 2010

Menjadikan Anak Kritis, Kreatif, dan Problem Solver

Untuk membangun anak menjadi manusia kritis, kreatif dan problem solver maka diperlukan suatu pembaharuan strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Berikut akan dijelaskan mengenai ketiga hal tersebut.

Strategi, metode, dan teknik pembelajaran

Stategi dalam belajar merupakan suatu program yang memuat tentang kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinginkan. Metode itu sendiri merupakan merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Sedangkan teknik pembelajaran merupakan cara atau kiat-kiat guru dalam mengimplementasikan suatu metode. Teknik pembelajaran masing-masing individu akan berbeda walaupun metode dan strateginya sama. Suatu strategi tergantung pada pendekatan yang digunakan, dan untuk melaksanakan strategi tersebut diterapkan beberapa metode, kemudian masing-masing individu akan melaksanakan metode tersebut dengan teknik pembelajaran mereka sendiri yang disesuaikan dengan lingkungan anak.

Menjadikan anak kritis

Pembelajaran kritis merupakan proses dimana pendidik membantu anak untuk mengenal dan mengungkap kehidupan yang nyata secara kritis. Untuk menjadikan anak kritis diperlukan semangat konsientisasi, proses dimana manusia berpartisipasi secara kritis dalam aksi perubahan. Konsientisasi penting untuk mengenal situasi (misalnya berupa konsepsi ilmu pengetahuan, ekonomi, pendidikan, politik yang ada). Pembelajaran berperan untuk mengantarkan anak agar mencapai kesadaran kritis, meliputi proses mengetahui, merumuskan masalah, menentukan keputusan, dan menidentifikasi perkiraan-perkiraan.

Sebagai jalan proses mengetahui sebaiknya menggunakan pendekatan andragogi karena pengetahuan melibatkan kesatuan yang tetap antara aksi dan refleksi. Dan pendekatan ini juga menempatkan anak sebagai subjek dalam pembelajaran sehingga akan turut memberikan implikasi besar terhadap pembelajran. Proses pembelajaran sebaiknya berdasarkan pengalaman anak. Namun tidak menuruti semua keinginan anak sehingga tetap terjaga etika serta moralitas antara anak dengan guru.
Pembelajaran harus menggugah kesadaran kritis anak tentang berbagai permasalahan yang dihadapi dengan memperlakukan mereka sebagai agen kritis. Pendidik mengajukan bahan untuk dipertimbangkan oleh anak dan pertimbangan pendidik diuji kembali setelah dipertemukan dengan pertimbangan anak. Dengan proses tersebut, maka terciptalah suasana dialogis untuk memahami suatu objek secara bersama. Dalam proses ini masing-masing pihak saling menawarkan apa yang mereka mengerti dan bukan menghafal.

Menjadikan Anak Kreatif

Anak yang kreatif adalahn anak yang mampu melahirkan sesuatu yang baru. Untuk memicu anak menjadi kreatif dapat dilakukan dengan memberikan stimulasi pada anak sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak. Biarkan anak dengan bebas melakukan, memegang, menggambar, membentuk, ataupun membuat dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri berdasarkan stimulus yang diberikan. Bebaskan daya kreatif anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya. Suatu cara yang mampu menyalakan percikan-percikan kreativitas anak usia dini adalah dengan membebaskan anak menuangkan pikirannya. Jangan terlalu sering melarang anak untuk berbuat suatu hal yang baru.

Menjadikan Anak Problem Solver

problem solver adalah proses mental sebagai proses kognitir tingkat tinggi yang memerlukan ketrampilan lebih dalam menemukan dan membentuk pemecahan suatu masalah. Untuk menjadikan anak problem solver dapat dilakukan dengan kegiatan memberikan stimulus berupa masalah-maslah yang perlu diselesaikan kemudian memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami nilai dan untuk bekerja sama untuk mengkolaborasikan ide-ide mereka. Mengajak siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran baik di luar maupun di dalam kelas.

Mengenai Teori Hemisphere, Perkembangan Intelek dan Kreativitas

Tori hemisphere adalah teori yang menjelaskan tentang belahan otak kanan danbelahan otak kiri. Belahan otak kanan lebih menekankan pada kreativitas seperti proses dan penyimpanan informasi tentang gambar, imajinasi, warna, ritme, dan ruang. Dalam kerjanya otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. . Sedangkan otak kiri berperan dalam kegiatan kognitif dan bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional.

Intektual merupakan kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi dan menerapkanya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual yaitu faktor genetik (tinggi rendahnya kecerdasan anak tergantung faktor gen ayah atau ibu yang dominan mempengaruhinya), faktor gizi (gizi mempengaruhu tingkat intelegensi terutama saat anak masih dalam fase prenata), faktor kematangan (semakin bertambah usia seseorang maka intelektualnya makin berfungsi dengan sempurna), faktor pembentukan (pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelektual seseorang), kebebasan apsikologis (Anak yang memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir).

Reposisi Teori Otak

A.Tiga Tingkat Otak dan Keterbakatannya.
Manusia memiliki tiga tingkatan otak yaitu otak reptil, limbik, dan neokorteks. Masing-masing bagian otak tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Otak reptil berfungsi sebagai pengontrol pernafasan, denyut jantung, dan reaksi insting saat berada dalam bahaya atau situasi terancam. Seseorang yang mempotensikan otaknya pada tingkat ini tak dapat berpikir rumit dan hanya mengendalikan nafsu semata. Otak limbik berfungsi menyeimbangkan hormon, mengendalikan emosi, rasa lapar, haus, dorongan seksual, serta bagian-bagian penting dari ingatan jangka panjang. Dan neokorteks memiliki fungsi untuk mengendalikan semua hal yang berkaitan dengan kemampuan dan kecerdasan manusia, sehingga dalam bertindak tak hanya mementingkan nafsu dan egonya.
Struktur otak manusia bervariasi sesuai dengan bakat seseorang yang merupakan pembawaan sejak lahir. Tidak semua orang mampu mengembangkan bakat mereka. Hal itu terjadi karena otak kurang siap untuk dikembangkan dan di aktualisasikan sampai tingkat potensi tertinggi. Dalam konteks akademik, anak yang berbakat sering dikucilkan dan sering mendapat julukan yang malah membuat anak tersebut terbebani, sehingga mereka akan cenderung untuk tidak mengembangkat bakat dan terjadilah kesenjangan antara potensi dan prestasi yang dia peroleh. Untuk menghindari hal itu maka pendidik harus mengaktifkan pembelajaran yang mampu menampung keterbakatan dari peserta didiknya.

B.Aktifasi Pembelajaran
Aktivasi pembelajaran merupakan cara-cara untuk menciptakan suatu pembelajaran yang aktif. Untuk mewujudkan hal itu maka seorang pendidik harus memahami materi yang akan di pelajari terlebih dahulu. Pendidik juga harus memiliki rasa senang bahkan cinta terhadap pembelajaran tersebut. Pembelajaran tidak harus serius dan menegangkan, untuk itu diperlukan selingan yang menyenangkan untuk menyegarkan otak dan meregangkan otot-otot syaraf yang tegang. Dengan demikian pembelajar dapat kembali fokus untuk belajar dan mengikuti proses pembelaran secara aktif dan kreatif.
Proses pembelajaran yang aktif dapat dilakukan melalui lima tahap. Tahap pertama adalah persiapan, tahap ini diisi dengan kegiatan pengantar dalam pembelajaran seperti latar belakang. Tahap kedua adalah akuisisi, tahap ini merupakan penciptaan koneksi anatara neuron-neuron untuk saling berinteraksi berdasarkan pengetahuan sebelumnya. Tahap ketiga adalah elaborasi, disini memberikan kesempatan kepada para pembelajar untuk menganalisis dan memperdalam pembelajaran berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki dan ilmu yang akurat. Tahap keempat adalah formasi memori, yaitu usaha meningkatkan kemampuan long therm memory. Tahap yang terakhir adalah integrasi fungsional, sampai pada tahap ini pembelajar dituntut untuk memperluas pengetahuan yang sudah diperoleh sehingga pembelajaran aktif dapat berhasil secara optimal.

C.Menyiapkan Pembelajar
Pembelajar merupakan manusia yang akan ditargetkan untuk menjadi sosok ahli yang berkualitas dan berdaya saing. Untuk mewujudkan hal itu maka diperlukan persiapan yang matang, salah satunya adalah dengan menumbuhkan rasa percaya diri dan memberikan motivasi untuk menumbuhkan keyakinan teguh pada potensi yang dimilikinya. Selain itu pendidik juga diharapkan mampu membantu menemukan potensi yang tersembunyi yang dia miliki.
Untuk mempersiapkan pembelajaran, guru juga harus memahami kondisi peserta didiknya. Pendidik harus dapat menerapkan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Pendidik tidak boleh menyamakan antara siswa SD dan SMP, jadi pendidik hendaknya memberikan tugas tanpa melampaui batas kemampuan anak SD.
Selain itu ada faktor lain yang berperan dalam pembelajaran yaitu nutrisi. Nutrisi yang paling penting adalah oksigen dan glukosa, dan imbingangi dengan air, dan protein agar dapat berpikir cepat, berhitung cepat, dan meningkatkan keadaran. Nutrisi yang tercukupi akan memudahkan sel-sel otak bekerja dengan baik sehingga siap menerima dan mengolah informasi dalam pembelajaran. Kekurangan nutrisi dapat menghilangkan konsentrasi.
Proses persiapan yang telah di sebutkan bertujuan untuk pemanasan agar pembelajar tidak kaget sehingga akan lebih mudah memahami pelajaran baru. Pembelajar juga akan lebih terarah kepada sasaran pembelajaran. Jika sasaran tersebut tercapai, maka akan terwujudlah manusia ahli yang berkualitas dan berdaya saing.

D.Otak Unik dan Memperkaya Otak
Setiap otak manusia itu unik, bahkan orang yang kembar sekalipun memiliki keunikan otak yang berbeda. Keunikan tersebut tidak perlu dipermasalahkan atau di cari yang terbaik, karena semua memiliki potensi yang sama. Keunikan tersebut justru membuat dunia lebih hidup dan bervariasi.
Untuk menghargai keunikan otak adalah dengan mempertimbangkan gaya pembelajaran. Gaya pembelajaran akan mempengaruhi struktur dasar otak. setiap manusia memiliki gaya belajar masing-masing. Oleh karena itu pendidik perlu memberikan pilihan dari berbagai pendekatan agar kebutuhan pembelajar tercukupi.
Gaya pembelajaran sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungannya, sehingga sebagian besar manusia nyaman menggunakan gaya pembelajaran yang berbeda. Namun tetap ada ciri khas gaya pembelajaran yang lebih disukai. Sehingga pendidik harus memberikan variasi gaya pembelajaran agar membantu mereka menjadi pembelajar yang fleksibel. Pendidik juga harus mengarahkan supaya mereka mampu belajar secara efektif dan efisien menurut gaya belajar mereka sendiri.
Keunikan otak manusia seperti yang telah dijelaskan diatas perlu dijaga dan diperkaya. Memperkaya otak adalah dengan memperkaya lingkungan. Ketika orang memvariasi lingkungannya otak pun akan memvariasi pertumbuhannya. Setiap hari manusia kehilangan sel-sel otaknya, namun disisi lain sel-sel baru juga akan tumbuh pada lingkungan yang subur.
Pengayaan dapat dilakukan dengan memberikan stimulus yang baru, menantang, koheren, dan berlangsung terus menerus. Selain itu memberikan umpan balik yang bersifat langsung, positif, dan dinamis. Umpan balik bisa berasal dari diri sendiri yang dapat merangsang otak untuk berfikir menjadikan mereka sebagai problem solver. Umpan balik bersifat dinamis yang dapat dikembangkan dan dimodifikasi.
Pendidik juga perlu menciptakan lingkungan yang multisensori untuk melibatkan pembelajar melakukan interaksi yang relevan. Lingkungan juga perlu di modifikasi agar tidak menimbulkan kebosanan sehingga peserta didik mampu mengungkapkan ide-ide mereka secara aktif, kreatif, dan inovatif.

Rabu, 01 Desember 2010

STRATEGI PENGORGANISAIAN PEMBELAJARAN PKn
Konsep: Kedisiplinan

Dalam pengorganisaian pembelajaran PKn ada dua tahap yaitu tahap pencapaian konsep dan tahap klarifikasi nilai. Dalam tahap pencapaian konsep terdapat tiga kegiatan utama seorang guru yaitu eksposisi, fasilitasi, dan justifikasi. Dan dalam tahap ini juga terdapat tiga kegiatan utama seorang siswa yaitu observasi, analisis, dan konseptualisasi. Tahapyang kedua yaitu klarifikasi nilai, tahap ini merupakan kegiatan utama seorang siswa, jadi hanya mempunyai sedikit peran untuk mengantarkannya. Kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai pola urutan kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan

1.Eksposisi
Kegiatan pertama dalam pencapaian konsep adalah eksposisis dari seorang guru. Disini seorang guru mempunyai tugas untuk menjelaskan dan memaparkan tentang kedisiplinan. Guru bisa menggunakan alat bantu berupa media pembelajaran agar siswa lebih paham dan lebih mudah untu mengingatnya kembali. Guru menjelaskan tentang arti kedisiplinan yaitu sikap selalu menaati peraturan. Disiplin diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang teratur. Guru juga menjelaskan bahwa kedisiplinan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, di jalan, di sekolah, maupun di masyarakat.

2.Observasi
Setelah guru menjelaskan tentang kedisiplinan kemudian siswa mulai melaksanakan kegiatan observasi. Disini siswa mengamati arti dari kedisiplinan dan mulai mencari informasi tentang contoh-contoh kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga membaca buku untuk mencari informasi tentang kedisiplinan itu, dan mungkin juga melakukan tanya jawab dengan temannya untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang kedisiplinan itu.

3.Fasilitasi
Kemudian seorang guru memberikan fasilitas berupa stimulus kepada siswa untuk di analisis. Stimulus itu dapat berupa pertanyaan atau masalah tentang kedisiplinan. Stimulus diberikan oleh guru kepada siswanya adalah untuk merangsang agar siswa tersebut mampu menganalisis suatu permasalahan. Misalnya guru menanyakan kepada siswa “Mengapa kedisiplinan perlu itu perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?”.

4.Analisis
Siswa akan menanggapi stimulus yang diberikan oleh guru dengan cara menganalisisnya. Misalnya siswa menjawab bahawa kedisiplinan itu perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk menciptakan kehidupan yang tertib dan teratur. Kemudian dalam diri siswa akan muncul pertanyaan, “Bu, jika kita tidak disiplin berarti tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga berakibat buruk terhadap orang lain?”.

5.Justifikasi
Guru memberikan penegasan dan pemantapan bahwa kedisiplinan itu memang sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang tertib dan teratur. Dan guru juga membenarkan bahwa tindakan tidak disiplin itu akan mengganggu aktivitas orang lain yang mengakibatkan hidup menjadi tidak teratur. Sebagai contoh apabila tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas di jalan, maka bisa terjadi kecelakaan yang mengakibatkan jalan macet dan menimbulkan luka pada orang lain.

6.Konseptualisasi
Setelah mendapatkan penguatan dari guru siswa menjadi lebih paham tentang kedisiplinan dan mulai mengambil suatu kesimpulan bahwa disiplin itu adalah tindakan selalu mentaati aturan yang berlaku. Disiplin itu diperlukan untuk mewujudkan kehidupan yang tertib dan teratur. Melanggar aturan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

7.Konsep dan Nilai
Setelah kegiatan pencapaian konsep diatas, selanjutnya siswa akan menyatukan konsep dan nilai yang dia miliki tentang kedisiplinan. Disini guru hanya terlibat untuk mengingatkan kembali agar siswa mampu berfikir lebih luas lagi tentang kedisiplinan.


8.Membentuk Opini
Sampai pada tahap ini siswa akan berangan, membayangkan, dan kemudian membentuk suatu pendapat bahwa kedisiplinan itu wajib untuk dilaksanakan oleh setiap individu. Kemudian guru memberikan suatu masukan lagi agar siswa mampu membuat suatu keputusan yang tepat, misalnya “Bagaimana jika tidak ada yang menerapkan kedisiplinan?”.

9.Membuat Keputusan
Kemudian dari opini mereka sendiri dan dari masukan guru, siswa membuat suatu keputusan bahwa dia akan menerapkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, di jalan, di sekolah, dan di masyarakat. Karena jika tidak ada yang menerapkan kedisiplinan maka kehidupan tidak akan tertib dan tertur.

10.Melakukan Tindakan
Setelah siswa membuat keputusan, akhirnya siswa mulai melaksanakan hidup disliplin. Tindakan ini dimulai dari diri sendiri dan dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Misalnya bangun pagi kemudian merapikan tempat tidurnya, apabila berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda maka akan selalu hati-hati dan jalan di sebelah kiri, setelah tiba di sekolah sebelum mulai belajar selalu berbaris terlebih dahulu, dan bermain pada tempatnya agar tidak mengganggu masyarakat lainnya. Demikian wujud dari konsep kedisiplinan yang diterapkan pada diri siswa.

Semua Berawal Dari Masalah

Untuk membangun anak menjadi manusia kritis, kreatif dan problem solver maka diperlukan suatu pembaharuan strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Berikut akan dijelaskan mengenai ketiga hal tersebut.

Strategi, metode, dan teknik pembelajaran

Stategi dalam belajar merupakan suatu program yang memuat tentang kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinginkan. Metode itu sendiri merupakan merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Sedangkan teknik pembelajaran merupakan cara atau kiat-kiat guru dalam mengimplementasikan suatu metode. Teknik pembelajaran masing-masing individu akan berbeda walaupun metode dan strateginya sama. Suatu strategi tergantung pada pendekatan yang digunakan, dan untuk melaksanakan strategi tersebut diterapkan beberapa metode, kemudian masing-masing individu akan melaksanakan metode tersebut dengan teknik pembelajaran mereka sendiri yang disesuaikan dengan lingkungan anak.

Menjadikan anak kritis

Pembelajaran kritis merupakan proses dimana pendidik membantu anak untuk mengenal dan mengungkap kehidupan yang nyata secara kritis. Untuk menjadikan anak kritis diperlukan semangat konsientisasi, proses dimana manusia berpartisipasi secara kritis dalam aksi perubahan. Konsientisasi penting untuk mengenal situasi (misalnya berupa konsepsi ilmu pengetahuan, ekonomi, pendidikan, politik yang ada). Pembelajaran berperan untuk mengantarkan anak agar mencapai kesadaran kritis, meliputi proses mengetahui, merumuskan masalah, menentukan keputusan, dan menidentifikasi perkiraan-perkiraan.

Sebagai jalan proses mengetahui sebaiknya menggunakan pendekatan andragogi karena pengetahuan melibatkan kesatuan yang tetap antara aksi dan refleksi. Dan pendekatan ini juga menempatkan anak sebagai subjek dalam pembelajaran sehingga akan turut memberikan implikasi besar terhadap pembelajran. Proses pembelajaran sebaiknya berdasarkan pengalaman anak. Namun tidak menuruti semua keinginan anak sehingga tetap terjaga etika serta moralitas antara anak dengan guru.

Pembelajaran harus menggugah kesadaran kritis anak tentang berbagai permasalahan yang dihadapi dengan memperlakukan mereka sebagai agen kritis. Pendidik mengajukan bahan untuk dipertimbangkan oleh anak dan pertimbangan pendidik diuji kembali setelah dipertemukan dengan pertimbangan anak. Dengan proses tersebut, maka terciptalah suasana dialogis untuk memahami suatu objek secara bersama. Dalam proses ini masing-masing pihak saling menawarkan apa yang mereka mengerti dan bukan menghafal.

Menjadikan Anak Kreatif

Anak yang kreatif adalahn anak yang mampu melahirkan sesuatu yang baru. Untuk memicu anak menjadi kreatif dapat dilakukan dengan memberikan stimulasi pada anak sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak. Biarkan anak dengan bebas melakukan, memegang, menggambar, membentuk, ataupun membuat dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri berdasarkan stimulus yang diberikan. Bebaskan daya kreatif anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya. Suatu cara yang mampu menyalakan percikan-percikan kreativitas anak usia dini adalah dengan membebaskan anak menuangkan pikirannya. Jangan terlalu sering melarang anak untuk berbuat suatu hal yang baru.

Menjadikan Anak Problem Solver

Problem solver adalah proses mental sebagai proses kognitir tingkat tinggi yang memerlukan ketrampilan lebih dalam menemukan dan membentuk pemecahan suatu masalah. Untuk menjadikan anak problem solver dapat dilakukan dengan kegiatan memberikan stimulus berupa masalah-maslah yang perlu diselesaikan kemudian memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami nilai dan untuk bekerja sama untuk mengkolaborasikan ide-ide mereka. Mengajak siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran baik di luar maupun di dalam kelas.

Mengenai Teori Hemisphere, Perkembangan Intelek dan Kreativitas

Tori hemisphere adalah teori yang menjelaskan tentang belahan otak kanan danbelahan otak kiri. Belahan otak kanan lebih menekankan pada kreativitas seperti proses dan penyimpanan informasi tentang gambar, imajinasi, warna, ritme, dan ruang. Dalam kerjanya otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. . Sedangkan otak kiri berperan dalam kegiatan kognitif dan bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional.

Intektual merupakan kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi dan menerapkanya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual yaitu faktor genetik (tinggi rendahnya kecerdasan anak tergantung faktor gen ayah atau ibu yang dominan mempengaruhinya), faktor gizi (gizi mempengaruhu tingkat intelegensi terutama saat anak masih dalam fase prenata), faktor kematangan (semakin bertambah usia seseorang maka intelektualnya makin berfungsi dengan sempurna), faktor pembentukan (pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelektual seseorang), kebebasan apsikologis (Anak yang memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir).